Minggu, 11 Juni 2017

Filsafat Ilmu Pengetahuan

Filsafat dalam bahasa inggris, yaitu: philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani: philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi, secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut falasuf.

Harun Nasution, mengatakan bahwa kata filsafat berasal dari bahasa arab faalsafa dengan wazan (timbangan) fa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Dengan demikian, menurut Harun Nasution, kata benda dari falsafa seharusnya falsafah dan filsaf. Menurutnya, dalam bahasa Indonesia banyak terpakai kata filsafat, padahal bukan berasal dari kata Arab falsafah dan bukan dari kata Inggris philosophy. Harun Nasution mempertanyakan apakah kata fil berasal dari bahasa inggris dan safah diambil dari kata Arab, sehingga terjadilah gabungan keduanya, yang kemudian menimbulkan kata filsafat.

Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat­­. Timbulnya filsafat dalam diri manusia disebabkan oleh berbagai macam faktor. Pandangan pertama tentang hal ini adalah bahwa filsafat sudah menjadi kodrat manusia dan sudah melekat padanya. Dengen demikian, manusia disebut oleh Aristoteles sebagai “Ens Metaphysicum” (makhluk yang kodratnya berfilsafat). Jika pandangan itu berarti menganggap bahwa setiap orang adalah filsuf atau ahli filsafat, atau melakukan tindakan/kegiatan berfilsafat, terlalu berlebihan. Jika filsafat diartikan dalam makna yang luas, yaitu dalam arti sebagai usaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan hidup, menanyakan dan mempersoalkan segala sesuatu, mungkin hamper mendekati benar. Tetapi, jika filsafat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang utuh, sangat tidak mungkin bahwa manusia adalah makhluk filsafat.

Apakah filsafat sama dengan ilmu pengetahuan? Harus ditegaskan sejak awal bahwa keduanya tidak sama. Tetapi, yang terpenting adalah bahwa keduanya saling berhubungan. Baik filsafat dan pengetahuan bisa menjadi kegiatan manusia. Untuk memahami antara keduanya, kita bisa melihat dari proses dan hasilnya. Dilihat dari hasilnya, filsafat dan ilmu merupakan hasil dari proses dari kegiatan berpikir secara sadar. Sedangkan, dilihat dari prosesnya, keduanya menunjukan suatu kegiatan yang berusaha memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan manusia (guna mendapatkan pengetahuan dan kebenaran), dengan menggunakan metode-metode atau prosedur-prosedur tertentu secara sistematis dan kritis.

Tetapi, perbedaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan juga tampak jelas ketika berhadapan untuk melihat masalah-masalah kenyataan yang bersifat praktis. Ilmu pengetahuan bersifat informasional dan analitis untuk bidang-bidang tertentu, tetapi filsafat tidak sekedar memberikan informasi, tetapi memberikan pandangan menyeluruh dimana informasi-informasi dari kehidupan hanya menjadi satu bagian saja yang harus dikaitkan dengan pengetahuan lainnya.

Jadi, bisa dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah anak dari filsafat. Filsafat disebut sebagai “ibu dari ilmu pengetahuan” (mother of science). Dilihat dari sejarahnya, pengetahuan manusia dimulai dengan filsafat, ketika filsafat adalah kegiatan untuk menjelaskan gejala-gejala kehidupan yang belum terpecah-pecah menjadi berbagai (bidang) ilmu pengetahuan seperti matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu komunikasi, ilmu bahasa, dan lain-lain.

Jadi, ilmu berkaitan dengan lapangan yang terbatas, sedangkan filsafat mencoba menghubungkan diri dengan berbagai pengalaman manusia untuk memperoleh suatu pandangan yang lebih utuh dan lengkap.

Filsafat ilmu mulai berebak diawal abad ke 20, namun diabad ke 19 dapat dikatakan Fancis Bacon sebagai peletak dasar filsafat ilmu dengan metode yang dimiliknya, metode induksi.

Filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu pengetahuan dan teknologi(IPTEK) mengalami kemajuaan yang sangat pesat, IPTEK dipandang dapat mengancam eksistensi umat manusia, namun sejauh ini hanya merupakan kekhawatiran para Agamawan, ilmuan, juga kalangan filusuf sendiri.

Kekahawatiran tersebut pada dasarnya dikarenakan, munculnya suatu pengembangan IPTEK berjalan terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosofnya, seperti:

Landasan ontologis
Epistemologis
Ontologis

Yang cenderung berjalan sendiri-sendiri, untuk memahami gerak perkembangan IPTEK maka dibutuhkan pemahaman filsafat ilmu, sebagai upaya meletakan kembali peran dan fungsi IPTEK sesuai dengan tujuan semula, yakni mendasarkan diri dan conceren terhadap kebahagian umat manusia, inilah merupakan pokok bahasan utama yang akan dikedepankan terlebih dahulu, disamping objek dan pengertian filsafat ilmu.

OBJEK MATERIAL DAN FORMAL FILSAFAT ILMU

a. OBJEK MATERIAL

Objek material atau pokok bahsaan filsafat ilmu, adalah ilmu pengetahuan, yakni suatu pengetahuan yangtelah disususn secara sistematis, dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, secara umum.

Ada suatu perbedaan yang jelas sekali antara, antara ilmu pengetahuan dengan pengetahuan saja, yakni pengetahuan bersifat umum, dan berupa pengalamaan sehari-hari, sedangkan ilmu pengetahuan, adalah pengetahuan yang bersifat khusus.

Ciri dari ilmu pengetahuan yakni, sistematis, menggunakan metode ilmiah tertentu, serta dapat diujikan kebenarannya, sebagaimana pada alinea pertama pada bahasan objek material dan formal filsafat ilmu.

Secara umum manusia terlibat dengan pengetatuan, secara normal dengan perangkat indrawinya, akan tetapi seseorang dikatakan sebagai ilmuan apabila terlibat dalam aktivitas ilimah, secara konsisten, serta merujuk kepada prasyarat-prasyarat yang seharusnya dipenuhi seorang ilmuan, yakni:

a.1. Prosedur ilmiah.
a.2. Metode ilmiah.
a.3. Adanya suatu gelar yang berdasar pendidikan formalnya, yang telah ditempuh.
a.4. Kejujuran ilmiah, yakni suatu kemauan yang besar, ketertarikan pada perkembangan ilmu pengetahuan terbaru, dalam rangka Profesionalitas keilmuannya.

b. OBJEK FORMAL

Esensi atau lazim disebut dengan hakikat merupakan objek , adapun objek formal filsafat ilmu, adalah ilmu pengetahuan, adanya permasalahan-permasalahan mendasar, pada ilmu pengetahuan menjadi pusat perhatian, yakni berlandaskan pula pada:

Ontologis, “Apa hakikat ilmu itu sesungguhnya…..?”.

Epistemologis, “Bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah…..?”.

Aksiologis, “Apa fungsi ilmu pengetahuan bagi manusia….?.

a. Ontologis
Bersikap objektive, pada suatu pengembangan ilmu, dimana objek pengembangan bersifat realitas, “….Apa…”.

b.Epistemologis
Epistemologis pengembangan ilmu artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran,dalam hal ini yang dimaksud adalah metode ilmiah.

Adapun metode ilmiah secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua, yakni siklus empirik untuk ilmu-ilmu kealaman. Dan metode linear ilmu-ilmu sosial-humaniora.

Yang dimaksud siklus empirik antara lain meliputi:

Observasi
Penerapan metode induksi
Melakukan eksperimentasi (Percobaan)
Verifikasi, suatu pengajuan ulang terhadap hipotesis yang diajukan, sehingga menghasilkan suatu teori.

Yang dimaksud metode linear adalah meliputi:

Persepsi, suatu daya indrawi didalam menghadapi realitas yang diamati.
Kemudian disusun suatu pengertian atau konsepsi.
Kemudian dilakukan suatu prediksi, atau perkiraan, atau ramalan tentang kemungkinan yang terjadi dimasa depan.

c. Aksiologis

Merupakan sikap etis yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya, ideologi, kepercayaan, senantiasa dikaitkan dengan ilmuan yang sedang bekerja.

IMPLIKASI MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU

Tujuan Filsafat Ilmu adalah untuk mendalami unsur pokok ilmu, sehingga dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita dapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis. Mendorong calon ilmuwan dan ilmuwan untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan, dan menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi, utamanya untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah.

Implikasi mempelajari filsafat ilmu adalah agar para ilmuwan punya landasan berpijak yang kuat di bidang masing-masing, dan saling berkomunikasi serta bekerjasama untuk memecahkan persoalan-persoalan manusia. Juga menyadarkan ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola piker “Ivory Tower”, yakni hanya berpikir murni di bidangnya tanpa mengaitkan dengan kenyataan yang ada di luar dirinya (masyarakat atau konteks sosial-kemasyarakatan).

MANFAAT FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUPAN

Ada yang memandang filsafat sebagai sumber segala kebenaran yang mengharapkan dari filsafat kebahagiaan hakiki dan jawaban atas segala pertanyaan-pertanyaan.
Akan tetapi ada pula yang menganggap bahwa filsafat tidak lain dari pada “Obrolan Belaka”, ”Omong Kosong” yang sama sekali tak ada artinya bagi kehidupan sehari-hari. Yang meragukan banyak orang ialah banyaknya pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, pendapat-pendapat dan aliran-aliran yang sering banyak bertentangan satu sama lain. Inilah sebabnya pengantar filsafat yang melulu melalui “Historis” itu biasanya menimbulkan banyak salah paham dan mengecewakan. Dari uarian diatas jelaslah bahwa betapa besar kepentingan filasafat bagi perwujudan dan pembangunan hidup kita dan harus kita akui tentang terbatasnya kemampuanan budi manusia dalam usahanya untuk memecahkan soal-soal tentang “Ada”, tentang manusia dan dunia ,tentang hidup dan Tuhan.
Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengetahui kegunaan dan tujuan filsafat, khususnya secara praktis.

Dengan berfilsafat kita lebih menjadi manusia lebih mendidik dan membangun diri sendiri. Sifat yang khusus bagi seorang filsuf ialah bahwa sesadar-sadarnya apa saja yang termasuk dalam kehidupan manusia, Tetapi dalam pada itu juga mengatasi dunia itu, Sanggup melepaskan diri, menjauhkan diri sebentar dari keramaian hidup dan kepentingan-kepentingan subyektif untuk menjadikan hidupnya sendiri itu obyek peyelidikannya. Dan justru kepentingan-kepentingan dan keinginan-keinginan subyektif itu maka ia mencapai keobyektifan dan kebebasan hati, Yang perlu buat pengetahuan dan penilaian yang obyektif dan benar tentang manusia dan dunia. Dan sifat ini, sifat mengatasi kesubyektifan belaka, Sifat melepaskan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan sendiri,
berusaha mempertahankan sikap yang obyektif mengenai intisari dan sifat-sifat objek-objek itu sendiri. Bila seseorang semakin pantas di sebut “berkepribadian”, semakin mendekati kesempurnaan kemanusiaan, Semakin memiliki “kebijaksanaan”.
Mengajar dan melatih kita memandang dengan luas dan menyembuhkan kita dari sifat Akuisme dan Aku sentrimisme. Ini berhubungan erat pula dengan “Spesialisasi” dalam ilmu pengetahuan yang membatasi lapangan penyelidikan orang sampai satu aspek tertentu dari pada keseluruhan itu. Hal inilah dalam ilmu pengetahuan memang perlu akan tetapi sering membawa kita kepada kepicikan dalam pandangan, Sehingga melupakan apa saja yang tidak termasuk lapangan penyelidikan itu sendiri, Sifat ini sangat merugikan perkembangan manusia sebagai keutuhan maka obatnya yang paling manjur ialah “pelajaran filsafat.”

Agar menjadi orang yang dapat berpikir sendiri.
Dengan latihan akal yang di berikan dalam filsafat kita harus menjadi orang yang sungguh-sungguh “berdiri sendiri” / mandiri terutama dalam lapangan kerohanian, mempunyai pendapat sendiri. Jika perlu dapat dipertahankan pula menyempurnakan ara kita berpikir, hingga dapat bersikap kritis, melainkan mencari kebenaran dalam apa yang dikatakan orang baik dalam buku-buku maupun dalam surat – surat kabar dan lain –lain.

PENUTUP

Filsafat ilmu sangat berguna dan sangat penting, kepentingannya tentu saja dinikmati perkembangan IPTEK yang ditandai dengan semakin menajamnya ilmu pengetahuan, dan dengan mempelajari filsafat ilmu, para ilmuan tidak mudah terperangkap kedalam sikap arogansi intelektual, sikap yang saling terbuka dikalangan ilmuwan akan memudahkan pengembangan kearah kepentingan sosial, masyarakat dari suatu negara dimana mereka menjalankan kehidupannnya. Filsafat dan mempelajari filsafat sangat penting untuk mengukur suatu kebenaran,dan penghayatan akan kebenaran dalam kehidupan manusia. Cuma manusia yang bisa berpikir dan bersama filsafat kemudian kita dihadapkan pada kedalaman akan arti realitas, Relitas kenyataan, realitas fungsi, Jika dikatakan bahwa filsafat bagian eksistensial kesadaran manusia maka filsafat selalu diuji untuk menjawab persoalan kehidupan manusia baik itu praktis kehidupan sehari-hari dan memberi penjelasan praktis dan tentu saja akan mengarah pada hakikat sesuatu.

Dalam pengkajian suatu pengetahuan akan dicari fungsi praktisnya, Pembahasan tentang pengetahuan filsafat sangat luas dan memiliki bagian utama pembahasan,misal tentang ontologi, epistemologi, Etika, Estetika, Filsafat juga masuk ke wilayah yang lebih khusus misal filsafat manusia, filsafat politik, filsfat agama, filsafat social, filsafat administrasi, filsafat teknologi. Segala yang melatarbelakangi tindakan manusia tentu ada system pemikiran, logika pemikiran, dan keyakinan akan pemikiran yang mendorong pada tindakan praktis, misal melakukan ritus agama, ikut aktivitas politik, memilih pekerjaan, berbisnis, memlih pasangan hidup. Dalam kehidupan praktis kita juga menemukan sesuatu yang negatif misal perang, pembunuhan manusia, perusakan alam. Tentu semua memliki system pemikiran. Tugas filsafat tentu memikirkan semua tindakan manusia, fenomena alam, kemudian mendialogkan dengan akal sehat, merefleksikan pikiran secara intensif dan ekstensif, Lalu apa ukuran dari kebenaran suatu tindakan? Lalu apakah ada kearifan dalam tindakan itu? Misal juga kenapa orang beragama dan mengapa orang bertindak atas nama doktrin agama? Apa fungsi Negara bagi kesadaran manusia? Apa dampak negative teknologi pada kehidupan praktis manusia? Kenapa indeks pembangunaan manusia suatu Negara status kualitas rendah? Kenapa biaya rumah sakit mahal? Kenapa biaya pendidikan mahal? Kenapa lembaga pedidikan seperti penjara? Semua pemkiran ilmu memiliki dasar kegelisahan atau rumusan masalah yang tentu saja berasal dari realitas, Pemikiran filsafat pun adalah analisa dan refleksi dari realitas hidup, karena filsafat adalah bagian hidup manusia, Sehingga bicara fungsi filsafat sebagai alat bantu memahami hidup praktis sungguh penting.

Jumat, 09 Juni 2017

Psikologi Kepribadian; Tipologi-Tipologi yang Berdasar Konstitusi

A. Tipologi Mazhab Italia


Pada akhir abad XIX sejumlah ahli-ahli di italia yang bekerja dalam bidang penyelidikan mengenai variasi tubuh manusia mendirikan suatu mazhab yang kemudian terkenal dengan nama mazhab Italia atau mazhab morfologi. Tokoh utama mazhab ini ialah DeGiovani dan Viola
1. Teori De-Giovani: Hukum Deformasi
Pada tahun 1880 De-Giovani menerbitkan karyanya yang berjudul Morfologia del Corpo Umano. Dalam buku tersebut dia merumuskan hukum deformasi, yang berisikan penggolongan variasi tubuh manusia secara singkat pendapat De-Giovani tersebut adalah bahwa ada tiga macam variasi tubuh manusia:
  1. Orang dengan togok kecil, cenderung mempunyai bentuk tubuh panjang yang mempunyai hubungan dengan habitus phthisis
  2. Orang dengan togok besar, cenderung mempunyai bentuk tubuh pendek, mempunyai hubungan dengan habitus apoplectis
  3. Orang dengan togok normal cenderung mempunyai proporsi badan normal
Pendapat De-Giovani ini merintis jalan ke arah penyelidikan-penyelidikan yang lebih meluas dan mendalam yang antara lain dikerjakan oleh Krestschmer.

2. Tipologi Viola
Viola dalam penyelidikannya berhasil menemukan adanya tiga golongan bentuk tubuh manusia yaitu:
  1. Microsplanchnis, bentuk tubuh yang ukuran menegaknya lebih dariada biasa, sehingga kelihatan jangkung
  2. Macrospnachnis, bentuk tubuh yang ukuran mendatarnya lebih daripada dalam perbandingan biasa, sehingga tubuh kelihatan pendek.
  3. Normosplanchnis, bentuk tubuh yang ukuran mendatarnya selaras, sehingga tubuh kelihatan selaras.
Rava, seorang pendukung mazhab italia yang kemudian menemukan bahwa:
  • penderita-penderita neurasthenia dan psychasthenia kebanyakan terdapat pada golongan microsplanchnis
  • penderita-penderita manis-depresif kebanyakan terdapat pada golongan macrosplachnis
Mazhab italia berpendapat, bahwa variasi atau bermacam-ragamnya keadaan jasmani manusia itu berakar pada keturunan , jadi tergantung kepada  dasar uamg donawa sekal ;ajor dam demgam demikian tak dapa diubah oleh pengaruh dari luar.

B. Morfologi Konstitusional: Mazhab Perancis


Para penyelidik Perancis menyelidiki variasi tubuh manusia itu dari segi yang agak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Mazhab Italia, dan mazhab mereka kemudian terkenal dengan nama mazhab Peranci atau ada juga yang menyebut mazhab morfologi konstitusional.

Seperti para ahli psikologi Gestalt pada zaman itu berpendapat bahwa dalam menyelidiki konfigurasi total orang harus memperhatikan gambaran (figure) dan latarbelakangnya (backgroundnya), maka Sigaud berpendapat bahwa organisme beserta Anomali-anomalinya harus dimengerti sebagai fungsi daripada dasar dan sekitar (lingkungan, miliu); jadi ada kerja sama antara dasar dan sekitar yang dapat digolongkan menjadi empat macam, yaitu:
  1. ada sekitar yang berwujud udara yang menjadi sumber daripada reaksi-reaksi respitotaris
  2. ada sekitar yang berwujud makan-makanan yang menimbulkan reaksi-reaski digestif
  3. ada sekitar yang berwujud keadaan alam yang menjadi dasar aksi-reaksi muskuler dan
  4. ada sekitar yang berwujud keadaan sosial yang menimbulkan aksi-reaksi cerebral
Dengan dasar pikiran demikian itu Sigaud mengadakan penggolongan manusia ke dalam empat tipe. Pendapat di atas itu diikhtisarkan sebagai bagian di bawah ini:
Fungsi yang dominan
Tipe
Keadaan Jasmani yang khas
Motorik
Muskuler
Muka penuh (well-formed), anggota badan kokoh, otot-otot tumbuh dengan baik, organ-organ berkembang dengan secara selaras
Pernapasan
Respiratoris
Thorax dan leher lebih besar daripada yang lain-lain, muka lebar.
Pencernaan
Digestif
Thorax pendek besar, pinggang besar, rahang besar, mata kecil, leher pendek
Susunan Syaraf Sentral
Cerebral
Dahi menonjol ke depan dengan rambut di tengah, mata bersinar, daun telinga lebar, tangan kaki kecil

Salah seorang pengikut Sigaud, yaitu Mac Auliffe menerbitkan monograf sebagai hasil-hasil penyelidikannya dengan nama La Vie Humaine (1923). Ia mengadakan penyelidikan mengenai bagaimana keempat tipe konstitusional seperti yang dikemukakan di atas itu berkembang karena pengaruh keturunan (dasar) dan sekitar. Dalam prakterknya sekitarlah yang dianggap menentukan dalam diferensiasi tipe-tipe tersebut, atau dengan kata lain variasi atau bermacam-ragam keadaan jasmani manusia itu ditentukan oleh sekitar, misalnya:
  1. dalam daerah yang mewah banyak terdapat tipe digestif
  2. tipe respiratoris banyak terdapat di daerah pegunungan dan daerah pertanian
  3. tipe muskular terutama terdapat di daerah-daerah yang menghendaki kekuatan jasmani]
  4. tipe cerebral terutama terdapat di kota-kota.
Selanjutnya karena La Vie Humaine juga membahas masalah kepribadian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keempat tipe konstutusional itu adalah dasar kepribadian.


C. Morfologi Konstitusional Di Jerman: Tipologi Krestschmer


Tipologi Krestchmer merupakan salah satu hasil karya yang besar pada permulaan abad ini. Kretschmer tidak semata-mata membahas masalah konstitusi; dia juga membahas masalah temperamen, seperti dalam karyanya: Korperbau und Character (1921), namun dasar pandangan atau orientasinya tetap konstitusional.

Krestchmer membedakan  arti istilah konstitusi, temperamen, dan watak sebagai berikut:

1. Konstitusi
Keseluruhan (totalitas) segala sifat-sifat individual yang beralas pada keturunan. Disebut faktor keturunan atau faktor endogen karena tergantung kepada keturunan dasar, tidak dapat diubah atau dipengaruhi dari luar.

2. Konstitusi
Bagian daripada kejiwaan yang agaknya dengan melalui darah secara kimiawi mempunyai korelasi dengan aspek jasmaniah. Dengan kata lain temperamen adalah konstitusi kejiwaan. Temperamen mempengaruhi dua macam kualitas kejiwaan:
1. suasana hati (Stimmung), dan
2. tempo psikis

3. Watak (Character dalam Arti Deskriptif, Jadi Kepribadian)
Watak adalah keseluruhan (totalitas) kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi secara emosional dan volisional seseorang, yang terbentuk selama hidupnya oleh unsur-unsur dari luar (pendidikan dan pengalaman, faktor-faktor endogen) dan unsur-unsur dari luar (pendidikan dan pengaaman, faktor-faktor eksogen)

a. Konstitusi Jasmaniah (Biasanya Disebut Konstitusi Saja)

Krestchmer menggolongkan manusia atas dasar bentuk tubuhnya menjadi empat (tiga tambah satu) yaitu:
  1. piknis atau stenis; ukuran mendatar lebih daripada keadaan biasa, sehingga kelihatan pendek-gemuk.
  2. leptosom; ukuran menegak lebih dari keadaan biasa, sehingga tubuh kelihatan jangkung
  3. atletis; ukuran mendatar dan menegak dalam perbandingan seimbang, sehingga tubuh kelihatan selaras (perpaduan piknis dan leptosom)
  4. displatis;merupakan penyimpangan dari ketiga tipe yang telah dikemukakan. Bermacam-macam bagian seolah bertentangan satusama lain. Krestchmer menganggap tioe displastis ini menyimpang dari Konstitusi normal
b. Konstitusi Kejiwaan (Temperament)

Kraepelin menggolongkan penderita psikosis menjadi dua golongan, yaitu
  1. dementia precox, yang kemudian disebut schizophernia oleh Bleuler; golongan ini tidak lagi suka menghiraukan apa-apa yang ada disekitarnya, mereka kehilangan kontak dengan dunia luar dan seolah-olah hidup untuk dengan dirinya sendiri (autisme).
  2. manis depresif; golongan ini sifatnya selalu berubah-ubah, merupakan siklus dari sifat manis (giat, buas) ke sifat depresif (lemah, tak berdaya), kembali ke manis lagi, lalu berubah depresif, dan seterusnya.
c. Korelasi Antara Konstitusi (Jasmani) dan Temperamen
  1. Pada penderita penyakit jiwa
  • penderita manis depresif kebanyak bertubuh piknis, dan
  • penderita schizoprenia kebanyakn bertubuh leptosom, atletis, dan dysplastis
      2. Pada orang normal
  •  orang yang berkonstitusi piknis kebanyakan bertemperamen cyclothym atau sebaliknya 
  •  orang yang berkonstitusi leptosom, atletis, dan dysplastis kebanyakan bertemperamen schizothym atau sebaliknya.
d. Pengaruh teori Kretschmer
  • Pendapat Kretschmer sebenarnya merupakan pendapat ahli-ahli yang lain; mereka menemukan hal yang sama seperti Kretschmer tetapi mereka merumuskannya secara lain
  • Supra-tipe Kretschmer dikritik sebagai hal yang lemah. Hal yang heterogen dikelompokkan jadi satu
  • Keberatan yang umum dikemukakan ialah pendapat bahwa orang yang sehat dan orang yang menderita gangguan jiwa hanya berbeda secara kuantitatif. 
D. Psikologi Konstitusional di Amerika Serikat: Teori W.H. Sheldon

Menurut Sheldon, konstitusi adalah aspek-aspek individu yang relatif tetap tak berubah-ubah-morphologi, psikologi, fungsi kelenjar buntu, dan sebagainya-dan dapat dilawankan dengan aspek-aspek yang relatif labil dan mudah bermodifikasi karena tekanan-tekanan lingkungan, seperti kebiasaan, sikap sosial, kegemaran dan sebagainya. Dalam uraian ini istilah konstitusi dipakai  dalam arti seperti yang dikemukakan Sheldon itu.

a. Struktur Tubuh (Jasmani)

Sheldon menentukan dan memberikan ukuran-ukuran daripada kompone-komponen jasmaniah manusia. Dalam pandangan Sheldon ada suatu struktur biologis hipotesis, yaitu morphogenotipe yang menjadi dasar jasmani yang nampak (phenotipe), dan yang memainkan peranan penting tidak saja dalam perkembangan jasmani, tetapi juga dalam pembentukan tingkah laku.

1. Dimensi-dimensi Jasmaniah

Walaupun Sheldon tahu bahwa telah ada orang-orang lain yang terdahulu yang melakukan pengukuran terhadap jasmani, namun dia memulai usahanya secara induktif. Soal pertama-tama ialah mendapatkan sejumlah besar tubuh/jasmani yang dapat diselidiki kembali. Untuk membuat cara ini supaya praktis, dia membuat foto-foto tubuh dari depan dan dari samping, dengan cara yang distandarisasikan. Cara ini disebutnya: Somatotype Performance Test.

a. Komponen-komponen Jasmani Primer
  1. endomorphy; ditandai oleh alat-alat dalam dan seluruh sistem digestif (yang berasal dari endoterm) memegang peranan terpenting. Nampaknya keluar: lembut, gemuk, berat badan relatif rendah
  2. mesomorphy; bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih baik daripada yang lain: otot-otot, pembuluh darah, jamtung dominan. Nampaknya dari luar kokoh, keras, otot kelihatan bersegi-segi, tahan sakit.
  3. ectomorph; organ-organ yang berasal dari ectoderm yang terutama berkembang (kulit, sistem syaraf memainkan peranan terpenting). Nampaknya orang ectomerph itu: jangkung, dada kecil dan pipih, lemah, otot-otot hampir tidak nampak berkembang.
b. Komponen-komponen Jasmani Sekunder

Psikologi Kepribadian; Orientasi Pengantar

A. Masalah Istilah


Psikologi Kepribadian sebenarnya bukanlah barang baru. Cabang ilmu pengetahuan yang disebut Psikologi Kepribadian disini sebenarnya telah lama diusahakan oleh para ahli, hanya saja seringkali diberi nama lain. Ada yang memberinya Characterologie atau Karakterkunde, ada yang memberi nama Typologie, ada yang memberinya nama The Psychology of Personality, ada yang memberi nama Psychology Character, ada pula yang memberi nama Theory of Personality, dan lain-lain istilah lagi. Di dalam bahasa Indonesia istilah-istilah yang banyak digunakan adalah Ilmu Watak atau Ilmu Perangai atau Karakterologi, Teori Kepribadian, dan Psikologi Kepribadian.

Dalam masalah ini istilah Psikologi Kepribadian lah yang paling tepat, dikarenakan istilah-istilah lain mengandung banyak kelemahan.

1. Istilah Ilmu Watak atau Karakterologi Mempunyai Arti Rangkap
2. Istilah Teori Kepribadian Kurang Jelas Mengenai Sasarannya

B. Bermacam-Macam Psikologi Kepribadian


1. Atas dasar jalan yang ditempuh:
a. Teori-teori yang disusun atas dasar pemikiran spekulatif, seperti misalnya teori-teori Plato, Kant, ahli-ahli dari aliran Neo-kantianisme, Bahnsen, Queyrat, Malapert, dan lain-lainnya lagi, yaitu teori-teori yang disusun terutama oleh parah ahli filsafat.
b. Teori-teori yang disusun atas dasar data-data dari hasil penyelidikan empiris atau eksperimental, seperti teori-teori Heymans, Freud Jung, Adler, Eysenck, Rogers, dan lain-lain teori yang dikembangkan pada abad ini.

2. Atas dasar komponen kepribadian yang dipakai sebagai landasan atau titik tolak dalam penyusunan perumusan-perumusan teoritis, dapat kita ketemukan adanya:
a. Teori-teori konstitusional, seperti misalnya teori-teori mazhab Italia, mazhab Perancis, Kretschmer, Sheldon, dan lain-lainnya lagi.
b. Teori-teori temperamen, seperti misalnya teori-teori Kant, Meumann, Enselhans, Heymans, Ewald, dan lain-lainnya lagi.
c. Teori-teori ketidaksadaran, seperti misalnya teori-teori Freud, Jung, Adler, dan pengikut-pengikut dari mereka itu.
d. Teori-teori faktor, seperti misalnya teori-teori Eysenck, Cattel, dan lain-lainnya lagi.
e. Teori-teori kebudayaam, seperti misalnya teori Spranger.

3. Penggolongan atas dasar pendekatan (Approach), yaitu:
a. Teori-teori yang mempunyai pendekatan cara pendekatan tipologis seperti teori-teori Plato, Hipocrates-Galenus, Enselhans dan ahli-ahli modern seperti Heymans dan Ewald.
b. Teori-teori yang mempunyai cara pendekatan pensifatan (traits approach), seperti misalnya teori-teori Klages, Allport, Rogers, Freud, Jeung, Murphy, dan lain-lain.

C. Latar Belakang Sejarah Psikologi Kepribadian


1. Usaha-usaha yang Masih Bersifat Prailmiah
  • chirologi; gurat-gurat tangan
  • astrologi; ilmu perbintangan
  • grafologi; ilmu tulisan tangan
  • Phisiognomi; ilmu tentang wajah
  • phrenologi; ilmu tentang tengkorak
  • onychologi; ilmu tentang waktu
2. Usaha-usaha yang Lebih Tinggi Nilainya
a. Ajaran tentang Cairan Badaniah
  1. Pendapat Hippocrates; bahwa dalam diri seseorang terdapat empat macam sifat: kering, basah, dingin, dan panas yang didukung oleh keadaan konstitusional berupa cairan-cairan dalam tubuh orang itu. Kering terdapat dalam chole (empedu kuning), basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam), dingin terdapat dalam phlegma (lendir), dan panas terdapat dalam sanguis (darah). Apabila cairan-cairan tersebut adanya dalam tubuh dalam proporsi selaras, maka orang tersebut normal. Jika keselarasan proporsi tersebut terganggu maka orangnya menyimpang dari keadaan normal (sakit).
  2. Pendapat Galenus; penyempurnaan dari pendapat Hippocrates, jika suatu cairan dalam tubuh tersebut melebih proporsi yang seharusnya maka akan mengakibatkan adanya sifat-sifat kejiwaan yang khas (dominant) yang disebut Galenus temperamen.
b. Pengaruh Ajaran Hippocrates dan Galenus

Ajaran Hippocrates yang kemudian disempurnakan oleh Galenus itu tahan uji sampai berabad-abad; pendapatnya lama sekali diikuti oleh para ahli, hanya dengan variasi yang berbeda-beda. Bahkan sampai dewasa ini pun pengaruh itu masih sangat terasa.

Lama kelamaan latar belakang kefilsafatannya, yaitu adanya kesatuan dalam seluruh kosmos, ditinggalkan, dan sebagai akibatnya terdapat dua garis perkembangannya, yaitu;
a. yang menekankan pentingnya kejasmanian, yaitu teori-teori konstitusional, dan
b. yang menekankan pentingnya segi kejiwaan, yaitu teori-teori temperamen.