Selasa, 14 Desember 2010

Jangan Cintai Aku

Wanita itu berjalan gontai menuju rumah sederhana di hadapannya. Menaiki anak tangga dan membuka pintu rumah berwarna biru itu dengan perlahan. Ia diam sesaat, tertegun, rumah itu sunyi senyap. Seperti tidak ada orang. Lalu ia masuk kedalamnya, matanya melihat sekeliling. Rumah itu tidak berubah sama sekali sejak ia tinggalkan. Sofa, meja, susunan kursi, semua masih terlihat sama. Seperti tidak di sentuh sama sekali. Ia berjalan mengitari seluruh rumah, tapi nihil. Ia tak menemukan orang yang dicarinya. Saat ia bingung, tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah kamar berhiaskan gorden di depannya. Itu kamarnya, dan ia yakin bahwa orang yang di carinya ada disana. Ia pun berjalan perlahan, sepertinya ia tak mau kedatangannya di ketahui oleh orang yang di carinya itu. Akhirnya ia masuk ke dalam kamar, dan melihat sesosok pria terbaring lemah membelakanginya.

Wanita itu terpaku melihat sosok pria di hadapannya. Ia tahu pria itu sekarat, pria itu menahan sakit yang luar biasa, dan yang membuatnya dadanya lebih sesak, pria itu orang yang dicintainya. Cukup lama ia terdiam di pojok kamar itu. Tapi semakin lama dadanya sesak, ia menahan dirinya untuk menangis, tapi tenggorokannya jadi terasa kering dan sakit. Akhirnya, air mata pun tak terbendung. Ia menangis, tetesan air matanya terus mengalir ke pipi hingga jatuh ke lantai. Tapi ia masih tak bersuara.

“Mengapa kau menangis?”

Suara itu tiba-tiba membuyarkan lamunannya, dengan reflek ia segera menghapus air mata di pipinya. Ia terkejut, bahwa kedatangannya sudah diketahui oleh orang di hadapannya itu, padahal dari tadi pria itu tak menoleh sedikit pun kepadanya. Tapi ia tersadar ia harus menjawab pertanyaan tadi, lalu entah dari mana ia langsung menjawab dengan pelan,

“ Karena kebahagiaan.”

“Lalu mengapa kau menghilang?”

Pria itu bertanya lagi dengan sinis, masih dengan posisi membelakangi wanita tersebut dan tanpa menoleh sedikitpun. Tapi, tidak seperti tadi, sekarang wanita itu sudah menguasai dirinya. Dan ia tak terkejut saat pertanyaan itu di lontarkan. Karena ia sudah mempersiapkan jawabannya,

“Untuk kesendiriaan.”

Pria itu terdiam sejenak, lalu ia mencoba bangun dari ranjangnya. Badannya yang sudah sangat lemah, membuatnya kesusahan untuk menggerakkan tubuhnya. Perlahan ia coba untuk duduk di ranjangnya, lalu mencoba untuk berdiri. Tapi sayang, tubuhnya tak sekuat dulu lagi, saat ia mencoba untuk berdiri, tubuhnya kehilangan keseimbangan lalu ia terjatuh ke lantai.

Melihat hal tersebut, wanita itu segera berniat untuk membopongnya berdiri, tapi belum sempat ia menolong, pria itu lalu berkata dengan kasar,

“JANGAN !”

teriaknya dengan lantang sambil memberi isyarat dengan tangannya.

Kemudian pria itu dengan susah payah mencoba berdiri. Dengan tangannya yang bergetar, ia meraih ranjang untuk tumpuannya mengangkat tubuhnya. Cukup lama ia berjuang keras, hingga ia bisa kembali duduk di ranjangnya. Wanita itu hanya bisa menahan tangis melihat pemandangan yang mengiris hatinya itu. Lalu, ia mendatangi dan duduk di samping pria itu.

Ia memegang sekuat tenaga tangan pria itu. Wajahnya menatap kosong ke bawah, memikirkan sesuatu. Ia membiarkan wanita itu memegang sesaat tangannya, lalu ia berkata,

“ Mengapa kau memegang tangaku dengan erat? Tapi pikiranmu pergi entah kemana? ”

Lalu dengan kasarnya ia menarik tangannya hingga lepas dari pegangan wanita tersebut. Wanita itu terkejut, lalu ia terdiam sejenak dan menghela napas,

“Aku sangat mencintaimu.”

Wanita itu tiba-tiba berkata.

“Mengapa bisa begitu?”

Pria itu bertanya lagi.

“Jangan tanyakan hal bodoh itu! Kau sudah tahu jawabannya !”

Jawab wanita itu kesal.

“Walaupun suatu saat nanti akan ada cobaan besar menghadang, aku tidak takut. Aku hanya ingin mencintaimu.”

Sambungnya lagi dengan nada bergetar.

“Jangan mencintai aku, jika kau pikir suatu saat aku akan berubah.”

Pria itu kembali ke berkata dengan suara datar.

“Salahkah aku jika ingin kita bersama selamanya sampai nanti?”

Tanya wanita itu dengan kesal. Pria itu lalu memotong pembicaraannya dengan lantang,

“JANGAN MENCINTAIKU! karena suatu saat kau pasti akan berbohong.”

“Jika bagimu aku tak pantas mencintaimu, maka jangan cintai aku. Tapi aku akan tetap tinggal disini menemanimu.”

Lalu wanita itu membopong pria tadi berdiri, merawatnya seperti sebelumnya, mengurusnya melakukan hal-hal yang seharusnya bisa pria itu lakukan sendiri jika ia sehat, menggantikannya baju, berjalan, hingga akhirnya wanita itu membawanya ke luar rumah untuk mendapatkan udara segar. Selama wanita itu membopongnya, pria itu berkata,

“ Jangan cintai aku, karena aku sudah tak seperti yang dulu. Karena aku merenggut kebahagiaanmu. Karena takdirmu adalah berhenti mencintaiku. Kar… karena mustahil kau mencintaiku…..”

Pria itu tak bisa melanjutkan kata-katanya. Lalu ia menatap dalam-dalam wajah wanita itu lalu berkata kembali dengan suara yang rendah,

“ Kita berdua seperti cermin, yang saling memantulkan cahaya. Kita berdua sama. Kita adalah satu. “

Akhirnya kata itu yang terucap dari mulut pria itu. Wanita itupun tersenyum, menetes kembali air mata di pipinya. Ia bahagia. Ia tahu, bahwa kekasihnya itu tak mungkin benar-benar menyuruhnya berhenti mencintainya. Lalu ia berkata,

“ Jangan cintai aku jika kau ingin menderita dalam penyesalan selamanya. Jangan cintai aku jika kau hanya akan menahanku kembali suatu saat nanti. “

Sambil berbicara, kedua kekasih itu kembali terkenang dengan nostalgia saat kehidupan mereka masih bahagia. Sebuah keluarga baru dengan kehidupan yang penuh cinta. Mereka berdua hidup dengan harmonis dan mesra. Mereka mulai teringat saat dimana mereka menghabiskan waktu bersama, berdansa, menghabiskan malam berdua. Tapi, lama kelamaan kenangan itu perlahan pudar dari ingatan mereka berganti dengan ingatan buruk dari vonis dokter yang menyatakan bahwa Mark, sang pria terkena penyakit Leukimia. Kehidupan mereka pun mulai berubah. Tubuh Mark semakin lama semakin lemah. Hingga ia tidak bisa melakukan segala halnya sendiri. Ia selalu di bantu dengan istrinya, Jenny. Lama kelamaan, Mark merasa tidak berguna sebagai seorang suami. Ini selain di sebabkan oleh pikirannya sendiri, juga hasutan dari orang-orang luar yang mencemoohnya sebagai suami tak berguna. Lambat laun Mark menjadi seorang yang temperamental dan cepat marah. Ia selalu menolak jika istrinya ingin menolongnya, dan ini berlangsung hingga berbulan-bulan. Sehingga suatu saat Jenny merasa kesal dan meninggalkan Mark sendiri.

Jenny pergi hingga beberapa hari, ia merenung dan menangis meratapi kehidupannya. Akhirnya ia tersadar, bahwa ia tidak boleh meninggalkan suaminya sendiri. Hanya ia lah yang bisa memberi kebahagiaan terakhir untuk suaminya itu. Ia tak peduli lagi, jika ia di marahi suaminya itu, karena ia tahu bahwa suaminya mencintainya.

Sampai di ingatan itu, tiba-tiba mereka tersadar dari flashback yang baru saja mereka alami. Setelah itu Jenny kembali melanjutkan perkataannya,

“Aku hanya ingin menggantikan langit biru di sana dengan cinta kita yang amat luas. “

Mark hanya terdiam. Mereka lalu berjalan menyusuri jalan setapak. Tiba-tiba Mark berkata,

“Aku tak tahu apa yang harus kukatakan….” Ucapnya terbata.
“Tapi yang kukatakan tadi itu benar…..” Lanjutnya lagi. Ia menghela napas sejenak,

“ Orang-orang itu sangat menyakitiku.”

Ucap Mark akhirnya.

“ Jangan pedulikan mereka. Jika kau dan aku terpisah mereka juga tetap takkan peduli. Tapi pedulikkanlah aku yang tak bisa hidup sendiri di dunia ini tanpa dirimu.”

Ucap Jenny, sambil memeluk Mark. Mark terkejut, Jenny memeluknya, setelah sadar, ia juga langsung membalas pelukan Jenny.

“ Jangan tinggalkan aku! Jangan tinggalkan aku! Jangan dengarkan aku walau aku bilang padamu ‘jangan mencintaiku’.”

Ucap Mark gugup, sambil memeluk Jenny semakin erat.

“ Jangan tinggalkan aku, dan berhentilah menyakitiku dengan menyuruhku ‘jangan mencintaimu’.”

Balas Jenny lagi. Mark semakin erat memeluk Jenny, air mata membasahi pipinya. Ia lalu berkata,

“Jangan mencintaiku, ku mohon kau harus pergi !”

Ucapnya terpaksa, tapi malah semakin erat memeluk Jenny. Ia tak bisa membohongi hatinya.

“Kau tahu, aku tak mungkin melakukan itu.”

Ucap Jenny. Mark melepaskan pelukannya, lalu ia menatap Jenny kembali di hadapannya dengan berlinang air mata ia berkata,

“ Jangan cintai aku, aku hanya akan membuatmu menderita. Hatiku sudah beku karena semua ini.”

Ucap Mark bergetar.

“ Jangan cintai aku jika hanya untuk lari dari kesedihanmu, tapi cintailah aku karena kau memang mencintaiku.”

Selesai Jenny mengatakan hal tersebut, tiba-tiba muka Mark pucat tubuhnya bergetar, ia kembali kehilangan keseimbangan, ia tak mengeluarkan sepatah kata pun lagi. Ia ambruk di depan Jenny. Di bawah senja yang hampir pergi Jenny panik melihat Mark yang tiba-tiba pingsan. Bersamaan dengan hari yang hampir selesai dengan datang gelapnya malam yang menutupi sosok mereka berdua.


******

Jenny sedang sibuk menaburkan bunga di atas sebuah makam, setelah itu ia menatap sejenak nisan tersebut. Di nisan itu terukir nama seseorang dengan jelas, “Mark Anthony.” Lalu ia meninggalkan pemakaman tersebut. Ia tidak menangis, ia tidak merasa kehilangan. Ia sepertinya berjalan dengan tegar.


“Jangan cintai aku.” Suatu hari nanti kita akan bertemu.
Dan bersama selamanya.
Cinta kita memang seperti matahari yang terbit setelah badai
Seperti dua komet yang akan bertemu di galaksi nanti

Seperti janjiku, aku takkan meninggalkanmu di dunia ini
Selama kau berjanji untuk tak meninggalkanku juga di hatimu



Di telinganya hanya terngiang kata-kata tadi. Kata-kata terakhir yang Mark ucapkan sebelum pergi meninggalkannya. Dan ia percaya itu.

Walaupun Mark sudah pergi, tapi ia tidak merasa kehilangan. Seperti kata Mark, selama ia tak meninggalkan Mark di hatinya, selama itulah Mark akan terus bersamanya.

Dan itu benar, Jenny memang terlihat pulang sendiri. Tapi sebenarnya, ia pulang bersama Mark di sisinya.

19 komentar:

  1. wah...mantap nich gan postingannya..sangat bermanfaat..terus semangat yach gan and salam kenal aja...goodluck

    BalasHapus
  2. wao....
    kisah cinta memang tidak harus berwarna ceria ya
    nice story

    BalasHapus
  3. yah...cinta tidak selalu ceria...tp tetap optimis...cinta itu indah

    BalasHapus
  4. Bagus sekali tulisannya. Jd mo nangis...

    BalasHapus
  5. met jumpa, lama gak saling datang.

    sip sekali penuh hikmah tulisannya

    BalasHapus
  6. wah...bikin cerpen atao novel mas? bagus sih ceritanya..

    BalasHapus
  7. panjang banget
    tapi penasaran, jadi nggak bosen2 bacanya

    BalasHapus
  8. bagus ni critanya, lain daripada yg lain

    BalasHapus
  9. cinta memang tak pernah ada habisnya untuk diceritakan

    BalasHapus
  10. artikelnya bagus banget sarat dengan makna kehidupan setiap manusia yang patut direnungi
    salam kenal

    BalasHapus
  11. Cinta itu memang menyakitnkan tapi bisa di cegah dengan solusi yang pas

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung, silahkan berkomentar, berpendapat, dll. Tiap komentar akan saya balas, dan akan saya kunjungi balik. Bagi yang mau tukaran link atau saling follow juga boleh :)