Senin, 26 April 2010

Mengapa Harus Kartini?

Udah rindu banget saya gak posting. Kalo diitung-itung. Bulan ini adalah bulan yang paling jarang saya ngeblog. Yah, mau apalagi kehidupan di dunia nyata emang harus diprioritaskan. But firstly saya sekali lagi mo minta maaf ama temen-temen blogger semua karena udah jarang blogwalking. Miss u guys...

Oke, Kali ini saya mo nulis tentang kartini. Walaupun hari kartini udah lama lewat, tapi gak papa kan? abis sempetnya baru sekarang sih... Oke langsung Aja:

Mengapa Harus Kartini?

Nama Kartini, memang sudah tidak asing lagi bagi kita. Beliau yang kita kenal berjasa sebagai pelopor emanisipasi wanita, yang akhirnya atas jasanya itu, setiap tanggal lahirnya 21 april, kita peringati dengan hari Kartini. Tapi, tahukah anda? bahwa tak sedikit sejarawan yang "menggungat" sosok Kartini ini.

Contohnya aja pada dekade 80an, guru besar UI Prof. Dr. Harsya W. Bachtiar dalam tulisannya "Kartini dan Peranan Wanita dalam masyarakat kita" dalam tulisannya, ia menyebutkan bahwa Belandalah yang memilih Kartini sebagai lambang emanisipasi wanita Indonesia, walaupun pada akhirnya kita yang mengembangkannya. Lalu, sejarawan Persis, Tiar Anwar Bachtiar juga mengungkapkan dalam tulisannya, bahwa masih banyak tokoh wanita Indonesia yang pemikirannya lebih mengesankan dari Kartini. Sebut saja seperti Dewi Sartika, atau Rohana Kudus. Lalu, mengapa Kartini?

Dalam catatan sejarah, kita mengenal sosok Kartini sebagai emansipatoris perempuan, pejuang kaum hawa untuk maju, dsb. Pemikirannya tersendiri tercurah dalam surat-suratnya kepada sahabat-sahabat penanya yang kebanyakan berada di Eropa dan Hindia Belanda. Kartini tak hanya bicara isu yang biasa kita sebut gender saja, ia juga bicara soal kondisi sosial, spritualitas pribadinya, dan gugatan-gugatan terhadap budaya jawa.

Yang jadi pertanyaan sekarang, mengapa seorang Kartini bisa kita sebut sebagai pahlawan wanita jika dibandingkan dengan pahlawan-pahlawan wanita lainnya, hingga tanggal lahirnya kita peringati sebagai hari besar nasional. Jika kita tilik lebih dalam hal ini bisa terungkap. Tak banyak yang tahu, selang 7 tahun setelah kartini wafat. Nama Kartini tak banyak dikenal luas oleh masyarakat indonesia, selain dari lingkungan Kartini sendiri. Baru setelah J.H. Abendanon mengumpulkan surat-suratnya yang akhirnya dibukukan dengan judul Door Duisternis tot Licht (Dari Kegelapan Menuju Cahaya) Barulah nama Kartini dikenal luas. Mungkin orang-orang Belanda disana kagum atas pemikiran-pemikiran Kartini yang boleh dikatakan melampaui batas di jamannya tersebut.

Kita kembali kepertanyaan awal, mengapa harus Kartini? bukankah masih banyak tokoh pejuang wanita lain. Yang bahkan praktik perjuangan mereka lebih nyata dibandingkan Kartini. Cut Nyak Dien (1848-1908) hingga akhir hayatnya tetap melawan Belanda. Dewi Sartika (1884-1947) yang mendirikan sekolah di Bandung dan luar Bandung pada tahun 1910. Rohana Kudus (1884-1972) ia juga mendidirikan beberapa sekolah di kampung halamannya, Padang. Beliau bahkan wartawati pertama Indonesia. Selain itu, Rohana juga penentang keras Poligami. RAA Lasminingrat(1843-1948) seorang pengarang luar biasa yang berkonsentrasi atas pendidikan wanita Sunda. Yang ironis adalah, hingga sekarang, RAA Lasminingrat dan Rohana Kudus belum diangkat sebagai pahlawan nasional. Jadi jangan heran jika beberapa dari kita memang agak asing mendengar tokoh-tokoh wanita tersebut.

Nah, apakah tokoh-tokoh ini sengaja di tenggelamkan? Jangan-jangan Snouck sengaja mendorong nama Kartini sebagai "Tameng" bagi nama-nama tokoh wanita tersebut yang lebih progrsif pada masa itu. Ada dugaan ia memilih kartini, karna hanya kartinilah pejuang wanita yang (bisa dikatakan) tidak tegas melawan belanda. Dan hal ini bisa menutupi perjuangan wanita-wanita indonesia yang jelas-jelas menentang belanda. Dengan kata lain, Belanda ingin menutupi perjuangan wanita indonesia yang lebih progresif menentang belanda, agar tak ada generasi perempuan Indonesia yang mengagumi tokoh tersebut. Caranya, dengan pencitraan tokoh Kartini tersebut.

Seorang penulis sejarah, Fandy Hutari. Menyimpulkan empat kontroversi terhadap kartini yang ia dapat dari berbagai informasi:

1. Surat Kartini sudah di Rekayasa

Ada dugaan bahwa pemikiran kartini yang tertuang dalam surat-suratnya sudah terlebih dahulu direkayasa J.H. Abendanon. Karena sampai sekarang, tak ada yang tahu dimana naskah surat-surat kartini itu berada. Kita hanya disuguhkan Naskah surat dalam bentuk buku, dan tidak ada koreksi lagi dengan naskah surat aslinya. Beberapa kalangan ada yang bertanya, bagaaiman seorang gadis usia belasan tahun dapat menulis kalimat seindah itu. Bisa saja J.H Abendanon memanfaatkan surat-surat tersebut untuk politik etis yang sedang gencar dikampanyekan pada masa itu.

2. Kartini tidak teguh pendirian

Karena ia diangganp kurang konsisten memerjuangkan pemikirannya pada nasib wanita jawa. Seperti yang kita tahu dalam suratnya, beliau mengkritik, mengeluhkan, dan menggungat tradisi jawa dan islam yg banyak mengekang perempuan. Seperti dilarang sekolah tinggi, dipingit, dipoligami, dll. Tapi kenyataannya, ia menerima dinikahkan dengan seorang bupati Rembang yang notabene sudah memiliki 3 orang istri. Perubahan sikap Kartini terhadap pernikahannya malah membuat sosok Kartini terkesan "lembek".

3. Tak ada bukti Kartini melawan Belanda

Hingga sekarang, tak ada satupun bukti yang menegaskan bahwa Kartini menentang belanda. Bukankah umum yang kita ketahui seorang pahlawan adalah mereka yang menentang kolonial? Kartini bahkan cenderung toleran terhadap Belanda.

4. Kartini hanya bicara soal Jawa

Ya, kartini dalam pemikirannya hanya membicarakan sebatas ruang lingkup Jawa saja. Ia tak pernah menyinggung suku bangsa lain di Indonesia.

Tapi pada kenyataannya, Kartini seperti yang kita tahu ditetapkan sebagai pahlawan Nasional, dan hari lahirnya diperingati sebagai Hari besar Nasional, 21 April. Jangan-jangan penetapan Hari Kartini ini berdasarkan ide pribadi Soekarno sendiri dalam membangkitkan semangat kaum wanita dalam pembangunan yang sedang gencar-gencarnya pada waktu itu. Alasannya bisa saja karna pemikiran-pemikiran Kartini lebih terdokumentasi dibandingkan dengan tokoh-tokoh wanita lainnya.

Tulisan ini, bukan bermaksud untuk memojokkan Sosok Kartini sebagai sosok pahlawan wanita yang sudah lama kita kenal. Tapi tulisan ini hanya sekedar sebagai wacana kritis, agar kita lebih jeli dan tidak menelan bulat-bulat apa yang disuguhkan kepada kita. Mungkin inilah salah satu alasan mengapa Bung Karno mengatakan "Jas Merah" (Jangan sekali-kali melupakan sejarah) Karena sekali saja kita melupakan, efeknya luar biasa. Sejarah bisa saja dimanipulasi pihak asing yang ingin mendapatkan keuntungan pribadi.

Terlepas dari semua itu, walau bagaimanapun kita juga harus mengakui jasa-jasa Kartini sebagai pejuang perempuan. Namun jika kita lihat perjalanan sejarahnya, kita juga patut mempertanyakan satu hal, bagaimana dengan pejuang-pejuang wanita Indonesia yang lain?

Jadi, mengapa harus Kartini?

Diadaptasi oleh tulisan: Fandy Hutari; Penulis Sejarah, Alumnus Sejarah Universitas Padjajaran


14 komentar:

  1. selamat hari kartini sob *telat*...
    tumben apdet...

    BalasHapus
  2. wah lo perjuangan kartini to banyak banget buat kaum hawa,tapi pastinya quw kurang tahu he....

    BalasHapus
  3. gimana kalo Sri Mulyani aja? :p

    BalasHapus
  4. Iya dunk cocoknya ada Hari cut nyak din juga , bukan kartini terus ,BIAR ADIL ITU SEMUA PAHLAWAN WANITA TERDAHULU DIPERINGATI JUGA ,,

    BalasHapus
  5. saya suka tulisan2 yang kritis sperti ini,,hebat sob.

    BalasHapus
  6. Pemikiran yg bagus nih... Kritis dan detil..

    BalasHapus
  7. Haloooo..., apakabar ? Maaf baru sempat mampir lagi, nih.

    BalasHapus
  8. karena yang punya bloc cewek
    hehehehe...

    BalasHapus
  9. Hmmm..... Good Post,
    kenapa gak kartono aja ea
    pembela hak-hak kaum waria

    BalasHapus
  10. berkunjung sore , buat sobat ,, Kartini he he

    BalasHapus
  11. @roel: kemaren sbuk banget jadi gak sempet apdet hehehe....
    @eka: memang, tapi perjuangan wanita2 lain juga gak kalah banyaknya...
    @ekky: hmmm boleh juga...
    @mundo: setejo, eh.. setuju...
    @irul: thx bro...
    mbak reni: thx mbak...
    @kholil aziz: ehem... perlu saya jelaskan, saya seorang pria. Saya tidak mau ada yg salah paham lagi hehehe....
    danil: kartono bukannya suaminya kartini? gimana ceritanya bisa jadi waria?

    BalasHapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung, silahkan berkomentar, berpendapat, dll. Tiap komentar akan saya balas, dan akan saya kunjungi balik. Bagi yang mau tukaran link atau saling follow juga boleh :)